Wednesday, May 9, 2007

4. Ikut Berjuang Mempertahankan Kemerdekaan

Tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Tapi kami di Bayah baru mendengarnya pada akhir bulan Oktober, karena waktu itu orang tidak bebas boleh mendengarkan radio. Maka kami di Bayah Kozan berpesta pora Para tuan-tuan besar Jepang kami tangkapi, semuanya ada 48 orang. Semua pemuda yang pernah mengikuti latihan militer , termasuk saya, dikelompokkan menjadi barisan keamanan perusahaan. Perusahaan diambil alih dibawah pimpinan mas F. Soeharto, mantan kepala urusan keuangan di Bayah Kozan. Hubungan dengan Jakarta bersambung dan orang-orang Jepang disuruh dikirim ke Bogor untuk di-internir. Saya bersama 5 orang barisan keamanan lainnya yang disuruh membawa mereka ke Bogor dengan menumpang 3 truk melalui Rangkasbitung dan Jakarta. Di jalan berulang kali truk –truk kami disetop oleh barisan-barisan keamanan yang sudah terbentuk di tiap kecamatan. Dan kami harus menjelaskan dan menunjukkan surat jalan kami tiap kali, bahwa kami sedang membawa tawanan ke Bogor untuk di-internir. Baru jam 3.00 pagi kami bisa sampai di Bogor dan menyerahkan kawalan kami.

Minggu pertama dari bulan November berikutnya saya pamit dari Bayah untuk kembali ke Magelang. Ikut truk, jalan kaki atau naik kereta api kalau ada ruas –ruas yang K.A. –nya masih jalan. Maklumlah hampir semua jembatan sudah di bumi – hanguskan . Bawaan saya waktu pulang ke Magelang ya sama saja dengan yang saya bawa waktu berangkat ke Bayah; sebuah koper dari seng yang berisi beberapa lembar pakaian , papan gambar dengan alat gambar, dan sehelai tikar pandan untuk berbaring kalau dalam perjalanan kemalaman.


Tanggal 11 November sore saya tiba di setasiun k.a. Jogja. Di Hotel Merdeka yang terletak di depan setasiun rupanya sedang berjalan acara yang besar, yaitu Konggres Pemuda pembentukan organisasi PEMUDA SOSIALIS INDONESIA, seperti yang terbaca pada sebuah spandoek yang terpampang di depan hotel. Di dalam hati saya bergumam : “ Nah, ini cocok buat saya organisasi pemuda ini ; saya kan harus ikut berjoang .” Jadi sesudah beberapa hari mengaso dirumah saya mendaftarkan diri sebagai anggota Pesindo, karena ingin ikut ke front.


Di awal bulan Januari 1946 Lasykar Rakyat Magelang mengumpulkan sukarelawan yang mau dikirim ke front . Saya mendaftarkan diri sesudah matur kepada Bapak dan Ibu. Beliau mengizinkan saja. Ada beberapa puluh pemuda yang mendaftarkan. Tempat berkumpulnya di gedung sekolah HCS di jl.Tidar. Sebelum berangkat dilatih dulu memelihara dan menggunakan bedil. Yang dibagikan adalah tipe bedil laras panjang yang disebut Garand. Sesudah latihan seminggu diberangkatkanlah kami ke Ambarawa karena disanalah Markas Besarnya. Kemudian ke Srondol di selatan Semarang. Ngaso sebentar di rumah-rumah yang bekas di bumi – hangus, kemudian masih jalan lagi 5 - 6 km. ke front yang sebenarnya, yaitu dibukit-bukit sebelah selatan Semarang yang berbatasan dengan kampung Candi. Jadi kami disebar di perbukitan yang tiap hari mengalami serangan dari tentara Inggeris yang sudah mendarat dan kebanyakan terdiri atas orang-orang Ghurka dari India. Mereka mendapat bantuan dari kapal-kapal Inggeris yang berlabuh di depan pelabuhan kota Semarang yang menembakkan mortir-mortirnya ke arah kami bertahan, untuk membantu pasukan Ghurka mereka yang sudah mendarat. Di mana-mana do’a yang saya baca ya cuma Al Fatihah . saja yang terbukti memang ampuh. Selama lebih kurang dua minggu mengikuti pertempuran di sana kami kehilangan dua orang teman; yang satu karena kepalanya robek oleh pecahan mortir . Waktu kena dia cuma kurang dari 3 meter jaraknya dari saya di tempat kami bertiarap, padahal dia sudah memakai helm baja. Kedua kalinya teman saya ada yang kena peluru dadanya; jarak dia bertiarap cuma 1 meter dari saya.

Selama di front kami kekurangan makan dan kekurangan gizi.Karena kami hanya dikirim makan dengan mobil satu kali sehari dari markas di Ambarawa; kemudian dipikul orang dari Srondol ketempat kami bertahan. Orang yang memikulnya juga masih harus mencari kami presisnya berada dimana, karena selalu berobah tempat bergantung dari jalannya pertempuran.Jadi biasanya makan kita itu sampai pada kita antara jam 15.00 dan jam 17.00 sore. Padahal dimasaknya di dapur umum sudah dari tadi jam 4.00 pagi. Jadi nasi rata-rata sudah basi; dan lauknya selalu sama yaitu kol hijau yang ditumis atau dioseng-oseng. Maka kekurangan makan yang kami derita kami tambal dengan ubi atau singkong tanaman penduduk , dan apa saja yang dapat ditemukan yang bisa dimakan.

No comments: